Halaman Muka

Sabtu, 28 April 2012

Hutchinson–Gilford Progeria Syndrome

Progeria (juga dikenal dengan "Hutchinson–Gilford Progeria Syndrome", dan "Sindrom Progeria") adalah kondisi genetis yang sangat langka dimana gejala menyerupai aspek penuaan yang terjadi pada usia dini. Kata Progeria berasal dari bahasa Yunani, progeros, yang berarti penuaan dini. Kata Yunani pro berarti sebelum, sedangkan geras berarti usia tua. 

Kelainan ini memiliki insiden yang sangat rendah dan terjadi dalam satu per 8 juta kelahiran hidup. Mereka yang lahir dengan Progeria biasanya hidup sampai usia tiga belas tahun, meskipun telah banyak diketahui dari mereka ada yang hidup sampai usia belasan dan awal dua puluhan, dan sangat jarang yang mencapai usia empat puluhan. Ini adalah kondisi genetik yang terjadi sebagai mutasi baru (de novo), dan tidak biasanya diwariskan, walaupun ada yang diwariskan. 

Hal ini berbeda dengan sindrom yang lain namun mirip dan jarang terjadi, Dyskeratosis Congenita (DKC), yang diwariskan dan sering akan ditemukan beberapa kali dalam garis keluarga. Para ilmuwan sangat tertarik pada Progeria karena dapat mengungkapkan petunjuk tentang proses normal dari penuaan. 

"...Ssst Ada Upin dan Ipin...."

Beberapa waktu lalu ada istilah baru yang cukup populer di salah satu unit marketing di salah satu perusahaan farmasi. Istilah yang beredar adalah : " lagi ada tamu.. Si Upin dan Ipin...".  Sebuah nama yang cukup populer dikalangan anak-anak pemirsa film kartun di sebuah chanel televisi nasional.

Saya cukup tertarik mendengarnya dan mulai penasaran dengan nama tersebut. Sambil bekerja saya mulai mencari tahu siapakah mereka gerangan.  Olala... ternyata mereka adalah team internal audit perusahan tersebut.

Dari cerita-cerita unit marketing farmasi tersebut sepertinya tampak sibuk, tegang dan "dingin" mengenai kedatangan tamu "Upin dan Ipin". Namun ada juga yang santai dan tenang, bahkan ada yang berkelakar dengan berkomentar " bakal perbaikan gizi nich "..  

Bagi yang tampak tegang mereka berkomentar bahwa biasanya si " Upin dan Ipin " akan bergerak secara silent dan langsung membuka "front" tanpa konfirmasi tentang behind stories atas temuan di lapangan yang terjadi. 

Dan bagi yang santai mereka malah senang sekali karena mereka beranggapan akan ada temuan baru yang membawa kepada perbaikan yang lebih baik lagi.

“...Because I am a Men..."

At one time, there is a child enquire to his father, when without intending he see His Father is stroking his face , accompanied by voice cough him. That child ask to his father : “Father, why Father face which becoming seen fatigue?" That way question, when His Father at leisure in gallery. His father  answer : " Because I'm  a Men." That's His Father answer. That child say " I dont understand."

My Father

Without understanding because His Father answer making vexed him. His Father only smiling, then caressing of that child hair, continue to clap his shoulder, later; then His Father tell : " My child, you is true not yet understood about Men"  That way whisper His Father, making that child add muzziness.

Because is vexed, later; then that child draw near His Mother then enquire : " Mother why father face become seen fatigue? And likely Father become that way without there is sigh and feel pain?" His Mother answer: " My child, if a really holding responsible Men to that family it is true will that way" Only that answer of is The Mother. That Child even also later; then grow to become adult, but he just remain to be vexed.

Till one night, that child dream. In that dream impressing he hear very soft voice. And that heard words clearly in the reality an sentence network as his vexed feeling answer during the time.

Kamis, 26 April 2012

HIV Comes Of Age as Disease of Mid to Late Live

From the November/December ACP Internist, copyright © 2011 by the American College of Physicians
By Charlotte Huff
In some respects, the HIV clinic run by J. Michael Kilby, MD, FACP, is starting to look more like a clinic for older adults. Over 300 of the roughly 1,000 HIV patients treated at the Medical University of South Carolina in Charleston are at least 50 years old, said Dr. Kilby, who directs the division of infectious diseases there. Some of the patients have been diagnosed in midlife or beyond. In other circumstances, they've lived with the virus, sometimes at undetectable levels, for a decade or more.
HIV specialist Donna Sweet, MD, MACP, treats a pat...

HIV specialist Donna Sweet, MD, MACP, treats a patient with HIV. She hopes to boost the number of primary care physicians prepared to handle all medical issues, virus-related or not, for this group of patients. Photo courtesy of Kansas University School of Medicine

“So we are dealing with something that we weren't planning ahead for,” he said. “It's a happy dilemma to be in.”

More than 15 years after the first protease inhibitors were approved, revolutionizing HIV medicine and abruptly commuting many death sentences, the immune system disorder has morphed into a chronic condition. As a result, the medical issues involved have gotten both simpler and more complex for primary care physicians caring for patients who happen to have HIV.

To a large extent, the virus is easier than ever to control, particularly if it's diagnosed early and hasn't developed resistance. The latest first-line regimens require fewer pills, sometimes only taken once daily, and have limited side effects compared with prior generations of drugs, Dr. Kilby said. An HIV diagnosis these days triggers some of the same emotional and lifestyle challenges as, for example, a diagnosis of type 1 diabetes, he said.

It might require some time to absorb the news and perhaps incorporate the assistance of a support group. “But it doesn't mean it's time to make funeral preparations,” he said. “It means you have to commit to a lifetime of learning to manage your disease.”

Gagal Bro...... !!!

Sejak kecil, biasanya kita selalu di ajarkan menjadi orang yang sukses, di rumah, di sekolah, dan lingkungan sekitar. Di rumah kita di ajarkan untuk menjadi anak yang "cute", rajin, ramah, patuh dan displin. Kita di arahkan untuk mencapai sukses nantinya. Sekolah, kita kembali dikenalkan dengan kata sukses, mempunyai cita-cita yang tinggi dan mendapatkan nilai yang bagus adalah harapan dari orang tua dan guru. Lingkungan masyarakat tempat kita tinggalpun telah menciptakan kondisi sebagai syarat-syarat orang yang dianggap sebagai orang yang dapat dipandang; orang yang sukses. Tidak ada tempat bagi mereka yang gagal.

Menurut pemahaman kebanyakan orang sukses telah menjadi bagian yang terpenting bagi orang dalam menjalani kehidupan sebagai manusia yang normal. Orang gagal lebih layak untuk tidak dapat hidup dan menyingkir dari mereka yang sukses.

Manusia sejak dari bayi telah belajar menjadi sukses dan telah mempelajari kegagalan secara tidak langsung dari kehidupan sehari-harinya. Walaupun keduanya selalu berjalan beriringan, tetapi sukses adalah hasil selalu menjadi dominan dibandingkan gagal. Sejak kapan manusia mempelajari kesuksesan dan kegagalan?

Ketika bayi menangis karena mengharapkan ASI dari ibunya, bayi berharap ia akan dapat minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Ia akan menangis untuk memberikan isyarat kepada ibunya. Respon ibu sangat penting baginya. Bila sang ibu mengerti dan memberikan ASI nya kondisi seperti ini berarti bahwa ia telah "sukses" untuk mendapatkan ASI untuk menghilangkan rasa hausnya. Bila respon ibu lambat maka ia telah gagal, maka bayi akan menangis lebih keras.

Selasa, 24 April 2012

Siti Johariah, Bocah Cilik Penjual Bakso



Sore ini Selasa  24 April 2012 pada pukul 17.32 wib sembari istirahat sejenak untuk kembali melanjutkan aktivitas kerja, saya iseng-iseng buka TV dan memilih salah satu chanel tv nasional yg menayangkan program inside.

Saya bersyukur kepada Sang Pencipta karena digerakan oleh-Nya untuk menonton televisi yang ternyata isinya tentang perjuangan seorang gadis cilik yatim berusia 7 tahun. Selama melihat tayangan televisi, saya beberapa kali menitikan air mata teringat akan betapa daku seharusnya banyak bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Tuhan juga melalui tayangan tersebut mengingatkan daku bahwa Kita Harus Kaya Harta dan Kaya Hati agar dapat membantu saudara-saudara kita yang masih terus berjuang secara bermartabat meski dalam hidup yang penuh kesulitan.

Tayangan televisi itu juga memberi inspirasi dalam hidup agar tidak pantang menyerah dan terus berupaya secara benar dan halal dalam menjalani kehidupan. Ditengah malam ini, saya mencoba mencari beberapa informasi tentang Siti Johariah si bocah cilik penjual baso dari beberapa sumber. 

Semoga kumpulan informasi ini dapat mengugah kita semua agar hidup menjadi lebih berarti bagi sesama, berarti bagi hidup kita kini dan nanti. Inilah liputan tentang Siti Johariah dari beberapa sumber :

Bangga sekaligus miris, melihat keseharian bocah mungil usia 6 tahun asal Kampung Cipendeuy Desa Cibeureum Kecamatan Cijaku Kabupaten Lebak ini. Siti Johariah, sudah harus banting tulang membantu ibunya memenuhi kebutuhan keluarganya. Setiap hari sepulang sekolah, siswi kelas I SD ini harus keliling kampung menempuh perjalanan sekitar 10 Km, berjualan bakso ikan keliling. Karena ia masih anak-anak, tentu belum bisa mendorong rombong bakso. Jadi bakso dan kuahnya dimasukkan dalam termos nasi yang sebenarnya terlalu besar untuk anak seusianya. Termos seukuran itu berisi kuah tentu sangat berat.

Tak ada keluh kesah dan tak mengenal lelah. Tangan kanan menenteng termos, tangan kiri menenteng ember plastik hitam berisi mangkok-mangkok, sendok kuah, dan peralatan lain. Dengan terseok-seok menenteng beban seberat itu, Siti harus berjalan keluar masuk kampung, terkadang jalanannya menanjak naik. Kalau ada pembeli, Siti akan meracik baksonya di mangkok yang diletakkan di lantai. Maklum ia tak punya meja. Terkadang jika ada anak yang membeli baksonya, Siti ingin bisa ikut mencicipi. Tapi ia terpaksa hanya menelan ludah, menahan keinginan itu. Setelah 4 jam berkeliling, ia mendapat upah 2000 perak saja! Kalau baksonya tak habis, upahnya hanya Rp. 1000,- saja. Lembaran seribuan lusuh berkali-kali digulung-gulungnya.

Traditional And Unique Therapy

The brain uses mainly glucose for its fuel, but works far better when fed ketones. Ketogenic diets have been used in medicine since 1924 initially to prevent seizures, and recently to treat degenerative neurologic diseases such as Multiple Sclerosis, ALS, Strokes, and Dementia. Thirty years ago, Medium Chain Triglycerides were found to be metabolized into ketones by the liver.  No longer did one have to eat the very stringent ketogenic diet which was 70% fat 25% protein and only 5% carbs.  A person could ingest a given amount of MCTs and produce their own ketones. The ketones do supply cerebral energy metabolism (provide alternative fuel), protect cerebral function, suppress cerebral edema and reduce extent of cerebral infarction in brain injury. The presence of ketone in circulation, even at low levels increases cerebral blood flow by as much as 40%. Also they prevent diseases involving free radical damage such as occurs in coronary reperfusion, diabetic small blood vessel disease, inflammatory bowel disease, and pancreatitis. MCT do not behave like the more common long chain fats.  Because of their shorter structure, they are metabolized directly in the liver into ketones, rather than going into storage in fat cells. They are used as an alternative source of energy when glucose stores are exhausted.

 Two years ago a drug company applied for and received a patent to bring this out as a prescriptive functional medical food.  The Acerra Company brought out AxonaR to treat Alzheimers disease. The neurons work 30% better using ketones rather than the usual glucose.  It is like putting high test gas in an old high compression engine,  It runs much better without the “pings”.  In a review article on Alzheimers in this weeks New England Journal of Medicine, the metabolism of the brain cell was detailed as “Type 3 Diabetes” in which the glucose receptors were blunted and could not transport the sugar into the brain cell to produce ATP, for cellular energy. Not only could the cell take in the ketone, but more efficiently made ATP (energy) from it.  MCTs have been medically used in the past for feeding premature infants, recovering surgical patients and for malnutrition.  Off label it has been used for liver support, antimicrobial therapy, enhancing the immune system and to increase athletic performance.  Contrary to popular opinion these tropical saturate fatty acids inhibit atherosclerosis instead of producing it.  They also decrease appetite and help people lose weight much like the ketoses of Atkins diet. Also there is not a tendency for diabetics to have problems of “diabetic coma”, keto-acidosis with MCTs.

Senin, 23 April 2012

Drugs Offer Small Benefit For Urgency Urinary Incontinence in Women

Drugs can help relieve urinary incontinence in women, but the benefit is small and side effects can lead to discontinuation of treatment, according to a new study.

Researchers performed a systematic review to examine the safety and efficacy of drugs available in the U.S. for urgency urinary incontinence in women. MEDLINE and the Cochrane Central Register of Controlled Trials were searched from 1966 to November 2011 for published randomized, controlled English-language trials that examined efficacy and quality of life. Clinically important improvement was defined as a reduction of 50% or more in frequency of urinary incontinence, while harms were defined as the totality of all possible adverse consequences of an intervention. The study was funded by the Agency for Healthcare Research and Quality and was published early online April 9 by Annals of Internal Medicine.

SIKAP HIDUP BAHAGIA


1. Lepaskanlah rasa Khawatir & Ketakutan
Ketakutan dan kekhawatiran hanyalah imajinasi pikiran akan suatu kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi, kebanyakan hal-hal yang Anda khawatirkan dan takutkan tak pernah terjadi ! It's all only in your mind.

2. Buanglah Dendam
Dendam dan Amarah yang disimpan hanya akan menyedot energi diri Anda dan hanya mendatangkan KELELAHAN JIWA, BUANGLAH. Bagaimana cara membuangnya? Dengan membuangnya begitu saja, sama seperti Anda membuang bara panas dalam genggaman tangan Anda.

3. Berhentilah mengeluh
Mengeluh berarti selalu tidak menerima apa yang ada saat ini, secara tidak sadar Anda membawa-bawa beban negatif. Ketika mengeluh, Anda menjadikan diri Anda sebagai korban. Apakah Anda Bahagia dengan memposisikan diri Anda sebagai korban?

4. Bila ada masalah, selesaikan satu per satu
Hanya inilah cara menangani setiap persoalan satu demi satu.

5. Tidurlah dengan nyenyak
Semua masalah tak perlu dibawa tidur. Hal tersebut buruk dan tak sehat, biasakanlah tidur dengan nyaman.

6. Jauhi urusan orang lain.
Biarkan masalah orang lain menjadi urusan mereka sendiri. Mereka memiliki cara sendiri untuk menangani setiap masalahnya.

7. Hiduplah pada saat ini, bukan masa lalu.
Nikmatilah masa lalu sebagai kenangan. jangan tergantung padanya. Konsentrasilah hidupmu pada kejadian saat ini, karena apa yang Anda miliki adalah saat ini, bukan kemarin, bukan besok. "Be totally present".

8. Jadilah pendengar yang baik.
Saat menjadi pendengar. Anda belajar dan mendapatkan ide-ide baru berbeda dari orang lain.

9. Berpikirlah Positif

Rasa frustasi datang dari pikiran negatif sementara saat Anda berpikir negatif secara terus-menerus artinya Anda memberi makan rasa frustasi. Negatifitas tidak pernah menjadi cara optimal dalam menangani situasi apapun. Kenyataannya negatifitas membenamkan Anda dalam  ketidakbahagiaan. Setiap keadaan batin yang negatif akan menular.

Kembalilah berpikir positif. Bertemanlah dengan orang-orang yang berpikiran positif dan terlibatlah dengan kegiatan-kegiatan positif.

10. Bersyukurlah.

Bersyukurlah atas hal-hal kecil yang akan membawa Anda pada hal-hal besar. Sekecil apapun karunia yg Anda terima (traktiran makan gratis dari teman, senyum manis seseorang yang tidak dikenal, keluarga yg mengasihi Anda, bahkan cuaca cerah yang bersahabat dan masih banyak lagi) akan menghasilkan hal-hal besar dan selalu membawa Anda kepada Kebahagiaan saat Anda bersyukur.

Bersyukurlah setiap waktu, pagi, siang, sore malam, bahkan sepanjang hari.

Benarkah Semakin Berat, Semakin Hebat?

Sebagian besar pembaca, mungkin dibesarkan dalam kultur ekonomi yang sulit sehingga kaya dengan berbagai peribahasa seperti: Hemat Pangkal Kaya dan Rajin Pangkal Pandai. Kita bermain layang-layang di antara pematang sawah yang tiada batasnya, menangkap belut di antara lumpur-lumpur sungai yang airnya bening, bermain bersama anak-anak kampung dengan tiada henti canda, tawa, dan keringat.

Bagaimana anak-anak kita sekarang? Lahan-lahan kosong telah berganti menjadi kebun sawit atau perumahan mewah. Tak ada lagi lapangan badminton, arena bermain layang-layang dan air yang mengalir bening. Pestisida dan pupuk kimia merusak tanah. Tapi anak-anak punya mainan baru, Facebook, Twitter, online games, warnet, dan bimbel. Pergaulan fisik diganti oleh dunia maya, statistic, dan ilmu berhitung diganti kalkulator dan software. Dulu kita hanya belajar sembilan mata pelajaran sehingga masih banyak waktu untuk bermain. Bagaimana anak-anak kita?

Bukannya dikurangi, tetapi semakin hari yang dipaksakan masuk ke dalam otak anak-anak kita semakin banyak. Sewaktu saya menulis "Sekolah Untuk Apa?" minggu lalu, saya menyebut anak saya di kelas sepuluh diharuskan menuntaskan 16 mata pelajaran, seorang ibu menyurati saya karena anaknya yang belajar di MI diwajibkan tuntas 23 mata pelajaran. Sementara di New Zealand dan banyak negara maju anak-anak sekolah hanya mengambil 6 mata pelajaran. Ketika mereka menganut spirit "The Power of Simplicity", kita justru tenggelam dalam spirit benang kusut, "kalau terlalu mudah tidak akan melahirkan kehebatan".

Bukan hanya itu, di banyak negara selain dirampingkan, mata ajar wajib juga dibatasi hanya dua, selebihnya dijadikan pilihan yang dikaitkan dengan karier masa depan. Bagaimana di sini? Mata ajar yang banyak itu adalah mata ajar yang "sakral", wajib diambil semuanya. Kesakralan itu sesungguhnya hanya semu saja, karena mata ajar agama disamakan dengan berhitung dan sejarah ala kita, yaitu ala hafal-hafalan. Bukan belajar dari sejarah, tetapi pengetahuan tentang sejarah. Bukan akhlak dan moral dalam beragama, melainkan hafalan ayat. Dan bukan logika matematika, melainkan bagaimana menurunkan rumus. Lengkaplah penderitaan anak-anak kita.

Sabtu, 21 April 2012

Donepezil and Apathy

Effect of donepezil on emergence of apathy in mild to moderate Alzheimer's disease; Waldemar G, Gauthier S, Jones R, Wilkinson D, Cummings J, Lopez O, Zhang R, Xu Y, Sun Y, Knox S, Richardson S, Mackell J; International Journal of Geriatric Psychiatry (Jul 2010)


OBJECTIVE: To determine whether donepezil treatment (10 mg/day over 24 weeks) is associated with delayed emergence of apathy in patients with mild to moderate Alzheimer's disease (AD) and to explore relationships between donepezil's effects on apathy and other Neuropsychiatric Inventory (NPI)-measured behavioural symptoms. METHODS: Two randomised, double-blind, parallel-group, placebo-controlled studies that met prespecified criteria and were sufficiently similar to allow data pooling were derived from all donepezil AD clinical trials. Patients scoring from 10 to 26 on baseline Mini-Mental Status Examination were included. A clinical milestone for apathy and other NPI items was defined as the first emergence of a composite score (frequency x severity)>/=3. Differences in time to event (i.e. milestone) between donepezil- and placebo-treated groups were assessed using the Kaplan-Meier method and log-rank test. Shift tables were constructed to evaluate clinical milestone status for apathy and other NPI items at baseline and endpoint, and were analysed using the Cochran-Mantel-Haenszel (CMH) test, stratified by baseline status. RESULTS: Of all NPI items, apathy had the highest proportion of subjects scoring>/=3 at baseline. Donepezil was superior to placebo on both apathy milestone analyses (time-to-event log-rank test and shift table CMH test, p = 0.01). Aberrant motor behaviour demonstrated similar benefit. CONCLUSIONS: Donepezil treatment appears to have resulted in a significant reduction over 6 months of the emergence of apathy in patients with AD. These data suggest that a prospective clinical trial in patients with early AD that includes apathy as a primary outcome measure may be warranted. Copyright (c) 2010 John Wiley&Sons, Ltd.

source : dementianotes.blogspot.com

Tips Bebas Depresi

Diperagakan oleh model
Pernah merasa depresi menghadapi pekerjaan kantor tidak ada habisnya? Tertekan di telepon atasan sehari tiga kali seperti minum obat ? Atau atasan anda hanya bisa marah melulu tanpa memberi solusi kalaupun ada solusinya seperti ilmu taichi (dilempar kembali kepada audience) ? Atau, putus asa di tengah deraan masalah yang mengganggu bisnis anda?

Sebenarnya, sangatlah mudah untuk menghindari depresi dan lebih menikmati hidup. Langkah pertama dan yang paling penting adalah berada pada saat ini (In The Moment). Mulai fokus pada hal kecil yang biasa anda lakukan dan nikmati prosesnya. Seperti saat anda membuat kopi di pagi hari kemudian NIKMATI saat anda meminum kopi. Cobalah untuk tidak berpikir tentang hal yang lain.

Langkah Jitu Mengobarkan Motivasi


Bagi beberapa kalangan tertentu pemerhati marketing dan sumberdaya manusia, saat ini buku, majalah dan training motivasi luar biasa banyaknya. Di setiap toko buku, radio, tv bahkan di era internet ini semua telah tersedia dengan beragam pilihan.

 Biasanya seseorang yang telah membaca buku, mengikuti seminar atau training, dan beragam cara sejenis mampu meningkatkan semangat dan mengobarkan motivasi. Sayangnya seiring berjalannya waktu, semangat yang berkobar tersebut kian lama kian padam tak berbekas. Memang pembentukan motivasi yang permanen memerlukan kontinuitas dan waktu yang terus menerus.

Pertanyaannya adalah upaya apa yang mesti  dilakukan  untuk  merajut bentangan proses motivasi yang lebih bersifat permanen? Dan bukan sekedar sensasi sesaat?

Kita mungkin bisa menjawab pertanyaan itu melalui sebuah konsep penting dalam motivasi kerja. Para ahli menyebut konsep ini sebagai “work engagement”. Inilah sebuah tema yang ingin melihat sejauh mana totalitas dan keterlibatan seseorang dengan pekerjaan yang ditekuninya. Sejauh mana ia melakukan persenyawaan dengan pekerjaan beserta dengan segenap dinamikanya.

Mengenal Medical Representative

Orang awam biasanya belum mengetahui profesi yang satu ini. Orang awam biasanya tahu hanya sekilas dan menyebutnya "tukang obat" yang biasanya bergerombol di rumah sakit ataupun apotek. Padahal karena merekalah Dokter dan paramedis dapat  mendapatkan informasi terbaru mengenai obat, cara pengobatan, teknik pengobatan, maupun alat kesehatan yang bisa menunjang keahlian Dokter dan paramedis. 
   
Medical Representative dapat didefinisikan sebagai duta perusahaan / seseorang yang dipercaya untuk mewakili perusahaan guna mempromosikan produk secara professional, kredibel, dan berintegritas.

Istilah lainnya adalah Detailer, karena dalam melaksanakan tugasnya, seorang Medical Representative harus mampu menjelaskan seluk beluk produk yang ditawarkan secara detail kepada customernya.
        
Medical Representative atau Detailer ini  dibutuhkan oleh perusahaan farmasi sebagai perpanjangan tangan agar produknya diketahui oleh Dokter dan paramedis. Produk yang ditawarkan adalah produk yang memerlukan resep agar bisa dikonsumsi oleh pasien. Biasanya produk tersebut memiliki tanda khusus, yakni Red Dot, yakni tanda lingkaran merah yang berarti tidak dijual bebas dan memerlukan resep Dokter.

Syarat untuk menjadi seorang Medical Representative  relatif mudah, biasanya perusahaan farmasi hanya mensyaratkan hal-hal sebagai berikut:
  1. lulusan D3 atau S1 dari segala jurusan, namun jurusan eksakta biasanya jauh lebih disukai (meskipun ada beberapa perusahaan dalam negeri yang mau menerima lulusan SMU) 
  2. usia maksimal 27 tahun (untuk fresh graduate, dan maksimal 30 tahun untuk yang telah berpengalaman)
  3. mau ditempatkan di seluruh Indonesia
  4. memiliki SIM C , karena kendaraan operasionalnya adalah sepeda motor
  5. memiliki kemampuan berkomunikasi yang bagus, penuh semangat dan antusiasme tinggi 
  6. Enerjik, memiliki semangat maju, mampu bekerja dibawah tekanan dan memenuhi target serta mampu bekerja di dalam team.
Dan yang pasti ada jenjang karir yang menarik dan menantang bila dijalani dengan tekun dan smart. Dan tentu saja pendapatan pun meningkat seiring jenjang karir yang diraih selain bonus dan komisi. Anda berminat.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...