Halaman Muka

Rabu, 29 Agustus 2012

Kopi dan Hipertensi


Kopi sering jadi musuh bagi orang-orang dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi, termasuk penyakit jantung dan stroke. Namun, sebuah penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa tidak ada bukti kopi dapat meningkatkan risiko penyakit tersebut.

American Journal of Clinical Nutrition dalam jurnalnya melaporkan hasil penelitian setelah menggabungkan dengan studi sebelumnya, yang meneliti dengan responden 170.000 orang. "Kebiasaan minum kopi 3 cangkir sehari tidak ada kaitannya dengan peningkatan risiko hipertensi," kata Liwey Chen, peneliti dari Kesehatan Masyarakat Universitas Louisiana di New Orleans.

MENJUAL ITU CANDU, KEGAGALAN ITU VITAMIN


Seperti biasa dipagi hari sebelum melaksanakan aktivitas, tentu Kita mempersiapkan segala sesuatunya agar pekerjaan hari ini menjadi lebih baik dari pada kemarin, evaluasi kinerja harian, mingguan, atau bulanan akan membantu dalam mencapai target yang diharapkan.

Bekerja itu tidak ada yang enak !” demikian salah satu ungkapan si Boss dalam suatu kesempatan briefing pagi (morning session) untuk teamnya. “...kalau kalian membayangkan dibagian keuangan itu enak, kemudian dibagian adminsitrasi & gudang juga enak, maka kamu salah, semua ada resiko dan kendala....” Maklum, pengalaman si Boss memang diawali dari bawah pernah di delivery, kemudian di survey, di administrasi dan juga keuangan di perusahaan.

New Advance to Combat Antibiotic-Resistant Pneumonia and Malaria

Photo by kispa.org
New biochemical studies may hold clues to more powerful malaria and pneumonia treatments that could save more than 2 million lives worldwide. Using baker's yeast as a surrogate disease model, researchers led by Dartmouth Medical School are exploring why enzymes in organisms that cause pneumonia and malaria are becoming increasingly resistant to antibiotics. This work could provide the answer to testing a new generation of drugs to combat these prevalent diseases.

Investigators used genetically modified yeast enzymes to pinpoint the mutations responsible for the antibiotic resistance of Pneumocystis jirovecii, which causes a type of pneumonia that is the most serious and prevalent AIDS-associated opportunistic infection and a threat to other immunocompromised patients, such as those undergoing therapy for cancer and organ transplantation. Pneumonia was responsible for more than 61,000 deaths in the US in 2001, according to the National Center for Health Statistics.

Only Five Friends

“Kamu hanya memiliki lima teman sejati. Sisanya hanyalah hiasan.”
(pepatah kuno Portugis)


Saat ini nampaknya pepatah tersebut benar adanya. Sebuah survei yang dilakukan pada orang-orang di Inggris saat ini menunjukkan, lima adalah jumlah ideal orang yang kita rasa butuhkan untuk mendukung kita. Namun, sayangnya, sepertiga responden mengatakan bahwa mereka kurang jaringan dan merasa sendirian.

Riset, yang dilakukan Nationwide Building Society menemukan, meskipun obsesi masa modern berkutat pada memperbanyak teman di Facebook dan Twitter, banyak dari kita — 32 persen — kehilangan sosok terpercaya yang dapat dimintai pertolongan saat kesusahan. Pria dua kali lipat cenderung merasa tidak memiliki orang yang mendukungnya daripada wanita, dengan 42 persen yang berpendapat demikian.

Orgasm: It's All In Your Head

by Kayt Sukel
Why the brain is the most important sex organ.

Sebuah gambar berjuta makna
Photo by zwanl.com
It's often said the brain is the biggest sexual organ-and every time it happens, I know it's hard to suppress a groan. It just sounds so trite. So cliché! Yet, here's a prime example of a line being cliché for good reason. The brain is critical to the act of climax, as anyone too distracted by what happened at work earlier that day can attest. The brain plays a huge role in orgasm-surely as much as any other part of the body. And new research in the field of neuroscience suggests that our upstairs may be even more critical to the big O than the downstairs. 

Here's why: we can climax even when genital stimulation is absent. That's right, we can orgasm without a single physical touch. All thanks to our brains. Chances are, you've experienced this phenomenon in one form or another. Those wet dreams from your adolescent days. Crazy, hot sex dreams that feel oh-so-real in the middle of the night. Those dream orgasms are not reflex-rather, those orgasms are the product of our brain at work without physical stimulation. Orgasm can also be the byproduct of a seizure, brain damage or direct brain stimulation. And individuals who have severe spinal cord injuries are also capable of orgasm despite the fact that they can't feel anything below the waist.

SOP Untuk Maling..!!

By Hendrik Ronald

Tok-tok-tok..... Saya terbangun dalam keadaan kaget. Hari saya dimulai sangat pagi hari itu. Sekitar jam 5 pagi. Dimulai dengan seseorang mengetuk pintu saya dengan sangat semangat, lalu menuju ke sisi kanan saya untuk mengambil darah. Lalu keluar meninggalkan saya dalam keadaan kaget dan sulit tertidur lagi. Hal ini dilanjutkan dengan beberapa petugas lagi yang datang untuk mengantarkan makanan, membersihkan ruangan, dan lain sebagainya.

Semua petugas yang ada sangat ramah dan membantu, namun sebagai seorang pasien, hal yang saya butuhkan adalah istirahat. Bukannya mulai mengikuti rutin rumah sakit yang dimulai sangat pagi. Waktu itu saya sedang berada di sebuah Rumah Sakit, dirawat karena terkena DBD (Demam Berdarah Dengue).

Di sana saya merasakan seperti apa menjadi pasien. Di sana saya merasakan ada prosedur yang memang nyaman untuk saya, namun ada juga prosedur yang nyaman untuk perusahaan. Jangan salah paham, saya bukan ingin memulai ‘perang’ Prita ke-2 di sini. Karena Rumah Sakit tempat saya dirawat memang memberikan pelayanan yang sangat baik. Mereka mengganti seprai saya 4 kali dalam 1 malam (karena keringat). Mereka selalu ada saat dibutuhkan, dan lain-lain. Namun sering kali ada saja hal-hal kecil yang terlewatkan oleh top management. Keputusan-keputusan yang diambil oleh middle level management tanpa mencoba ‘merasakan’ seperti apa menjadi pasien. 

The Body Language of the Eyes

by Joe Navarro, M.A
The Eyes Reveal What The Heart Conceals

Our eyes also are formidable communicators of feelings including comfort and discomfort, which help us decipher others from a very tender age. The eyes reveal excitement at mom walking into the room but also reveal concern when we are troubled. Often what is not spoken out loud is expressed exquisitely in the eyes. In fact I was prompted to write this today as I was visiting a research colleague and her eyes, at a distance, told me something was wrong, her father had passed away.

While a mother’s eyes will reflect the hopelessness she may feel when her baby is hospitalized they conversely reveal the joy having found that the child is healthy and fine. Few things reflect our emotions as well or as rapidly as the eyes. Babies which are just several days old already respond to the eyes of the mother and can tell the difference between a squint and wide opened dilated eyes. Babies can tell the difference between a happy and contented mother and one who is stressed, just form looking at the yes.

Sabtu, 25 Agustus 2012

Asah Intuisi Demi Keputusan Terbaik


Pernahkah Anda merasa seolah-olah mengetahui sebuah kebenaran akan sebuah situasi dalam kehidupan? Anda mungkin kerap mengalaminya, tapi memilih mengabaikan perasaan tersebut dan mencoba berpikir lebih rasional.

Meski menimbang-nimbang sesuatu secara rasional dapat memberikan hasil yang baik, tetapi mendengarkan intuisi akan membuat Anda menghasilkan keputusan lebih tepat.

Masalahnya, kapan kita mengetahui intuisi kita terhadap sesuatu yang benar dan salah? Atau, kapan kita harus mengabaikannya dan menggunakan akal sehat sebagai dasar pengambilan keputusan?


What Is Your Emotional Type ?

Learn how to maximize your emotional type

To pin down your style of how you relate emotionally, it's important to know your emotional type. This is the filter through which you see the world, the default setting of your personality that you revert to, especially during stress. It represents your basic tendencies. You can build on these by making the most of your best traits and adopting traits from the other types that appeal to you.

In my new book I discuss four main emotional types that I've observed in my psychiatric practice. See which one you identify with the most, though you may also identify with aspects of the others. Knowing your type can provide insight into how you interact with others and also will help you master your emotions instead of simply reacting when your buttons get pushed. Dealing with emotions effectively isn't stuffing them away or feeling them less. It's about establishing balance, strengthening those areas where you're most vulnerable and maximizing your assets.


Tips Membaca Pikiran Lewat Mata


Kenapa mata dapat kita gunakan untuk membaca pikiran seseorang? Karena mata merupakan sesuatu hal yang dapat mewakili jalan pikiran atau kata hati kita. Orang bisa melihat isi hati seseorang bahkan hanya dengan melihat matanya (mungkin itu sebabnya seseorang yang sedang terkena suatu kasus atau tertangkap basah sedang melakukan sesuatu yang kurang baik, maka mereka akan cenderung berusaha menutupi matanya baik melalui kain, kerudung, topi atau kaca mata hitam). Melalui mata, kita bisa mengetahui apakah seseorang sedang sedih atau gembira, bersimpati atau bahkan membenci kita, bermaksud baik atau jahat pada kita. Artinya, mulut boleh berkata apa saja tetapi mata tidak bisa bohong.

Sebagai contoh jika dia berbohong pastilah dia akan berusaha menghindari berlama-lama menatap lawan bicaranya. Biasanya ia hanya mampu menatap Anda hanya maksimal selama dua pertiga lamanya waktu pertemuan. Sesekali ia pasti akan menunduk atau pandangannya berjalan kemana-mana,misalnya ke dinding, menatap tanah atau sepatu, buat menyembunyikan rahasia yang dimilikinya dari Anda. Artinya lagi, orang yang jujur pastilah tidak akan ragu-ragu menatap mata Anda dengan mantap.

Beta Blockers Cost Therapy

Cost Effective to Society for Heart Failure Treatment

Beta blocker therapy for the treatment of heart failure can provide significant cost savings for the health-care system, according to a new analysis by researchers at the Duke Clinical Research Institute (DCRI).

Beta blocker therapy reduced societal costs by $3,959 per patient over five years, the study showed. However, while the costs to Medicare declined by $6,064 per patient, the cost to the individual patient increased by $2,113 over five years because Medicare currently does not cover the cost of prescription medications. Congress enacted a Medicare prescription drug benefit in November 2003, but this will not take full effect until 2006. Even then, beneficiaries in many cases will still pay a significant amount of the cost of prescription medications.

Empat Elemen Pemimpin Efektif

Jika Anda saat ini menjadi suatu manajer suatu organisasi dan Anda merasa sedikit saja atau bahkan tidak ada anggota tim yang mau mengikuti Anda,  maka mungkin Anda hanya sekedar Manajer dan bukan Pemimpin yang efektif. Empat karakter Pemimpin yang efektif yang akan dijabarkan dalam tulisan ini perlu Anda pertimbangkan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan Anda. 

Banyak kejadian dimana pimpinan yang membuat program atau proyek prestisius tapi tidak didukung oleh sebagian besar jajaran di bawahnya yang justru terdiri atas orang-orang yang memiliki kemampuan yang tinggi. Tulisan ini terinspirasi dari suatu tulisan yang dibuat oleh Bachtiar Simamora Ph.D yang berjudul Kwalitas Kepemimpinan. Hasil diskusi, pengalaman dan referensi yang lain yang relevan juga dimasukkan untuk lebih memperkaya pemahaman.

Sex: Faking It

By Sarah Korones
Why so many women give Oscar worthy performances in bed.

Photo by DUREX 
It's one of life's great mysteries, right up there with is there an afterlife and how do they get a ship inside such a tiny bottle. Research consistently shows that more than half of women resort to faking an orgasm at one time or another, even in long-term relationships. The question is why. Empirical evidence is scant. Researchers surmise that women have many motives, depending on circumstances: to get the deed over with, to hide their own sexual insecurities, or even just to be nice. "A big one is protecting the male ego," says sex educator Betty Dodson. "A woman doesn't want to hurt her partner's feelings."

While nobody knows for sure what leads women to pretend, a study reported in Archives of Sexual Behavior offers a new theory: Women in relationships might be faking orgasms as part of a largely subconscious attempt to keep their partners faithful.

Sabtu, 18 Agustus 2012

Leaning on Caffeine

By Carlin Flora
If you're depending on coffee to keep you awake, make sure you know what you're doing.

Finishing a term paper? Working the second shift? Driving late into the night? Many of us grab hold of a coffee mug as if it were a life raft in The Struggle To Stay Awake. Caffeine is certainly America's stimulant of choice -- 80 to 90 percent of us take it daily to foster alertness. Around the world java percolates and teabags simmer in millions of homes each morning.

Yet scientists still do not know exactly how caffeine delivers that dependable jolt. A group of Harvard Medical School researchers has gotten closer to the answer. What's more, they propose a more effective and novel way to lean on caffeine when we're drowning in drowsiness. Instead of quaffing one giant emergency venti latte, you're better off taking frequent sips of small servings of coffee. That way, the caffeine can work more naturally against the body's drive for sleep.

This information didn't come cheaply. It required a certain amount of human sacrifice. Sixteen men were sequestered for a month and kept on a brutal schedule that dictated awake periods of 28.57 straight hours -- similar to those required of medical residents and military and emergency services personnel.

Tanda-Tanda Stres

Kita merasakan bahwa tuntutan dan tekanan dalam hidup semakin bertambah. Saat dihadapkan pada masalah (tekanan dan tuntutan dalam hidup) biasanya Kita berusaha sekuat tenaga mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut. 

Terkait dengan upaya penyelesaian masalah, tuntutan dan tekanan tersebut yang biasanya diikuti dengan tengat waktu / dead line atau target yang harus dicapai. Di sinilah biasanya stres mulai muncul pada seseorang. Stres dapat datang dengan tidak memandang usia, latar belakang sosial dan lingkungan. Dengan kata lain stres dapat menghampiri siapapun.


Jika mengalami satu diantara 5 hal di bawah ini, sediakan sedikit waktu untuk pergi keluar, boleh berjalan kaki atau sekedar menelepon sahabat, saran Stevan E. Hobfoll, PhD, pemimpin departemen ilmu tingkah laku di Rush University Medical Center.

The Lips Don't Lie

by Joe Navarro, M.A
What our lips reveal about us - even when lying!

When it comes to feelings and emotions, the lips can be invaluable; they can even help us to detect deception. Ever notice when people are stressed, their lips disappear or get smaller. You often see this at the airport as flights are being cancelled or while watching a movie that is very tense. We certainly see it on the faces of those testifying before congress in politicians making painful declarations and even in peoples' reactions to what others have said .

Lips convey a lot of information that is often ignored or not even observed. Rich with nerves and highly vascular, the lips react in real time to the world around us. So when people receive bad news or witness a horrific event their lips begin to disappear, becoming very thin as vaso constriction takes place. Under extreme stress they disappear completely or are compressed together.

In relationships, couples will immediately notice when their partner has issues because they notice the tightening or compressing of the lips. Even kisses will seem different under stress as blood flow is restricted which affects their fullness, warmth, and pliability. Our lips react to the reality of the moment and communicate accurately our feelings and sentiments to others.

Kekuatan Mengobati Diri Sendiri


Setiap manusia memiliki kekuatan untuk mengobati diri dari berbagai penyakit, termasuk yang ganas seperti kanker. Namun tak semua orang menyadari potensi itu. Semua benar yang jelas adalah bahwa kita mempunyai kemampuan untuk mengobati diri sendiri dengan berbagai cara dengan kekuatan pikiran bawah sadar banyak orang yang sudah mengalami kesembuhan dengan sendirinya.

Sudah tak terhitung berapa kali Irma Rahayu bolak-balik ke dokter untuk mengobati penyakitnya. Usut punya usut, penyakitnya berpangkal dari masalah pribadi yang tidak terselesaikan. Bersama temannya, Irma mencari metode pengobatan namun tak membuahkan hasil. Sampai akhirnya, Irma menemukan titik terang ketika ia mendalami kembali Alquran yang sering menyebutkan mengenai membenahi energi dan emosi. Keyakinan Irma semakin menguat setelah ia membaca banyak buku medis dan kedokteran. “Di situ disebutkan, 90 persen orang sakit disebabkan faktor emosi yang tidak beres.” 


Rabu, 15 Agustus 2012

Bad Habits on The Job

By Kathleen McGowan
Emotional hang-ups can affect how you function at work and sabotage your career in the long run.

Self-awareness—the marvelous human capacity to reflect on who we are and contemplate our own behavior—is the source of great achievement, but it's also the source of many pitfalls. Taking things too personally, being overly self-critical or mistrusting our own instincts are all possible side effects. These self-defeating tendencies can make your personal life difficult, but they also may be having a huge and largely invisible impact on how well you function at work. When you walk in the door Monday morning, you might think that you leave your personal life behind. But emotionally, it's not so simple. What you do and where you work become a part of you. Your sense of your self—your identity—inevitably gets bound up in your job.

While you might prefer to think of work as a straightforward money-for-labor transaction between you and your employer, in truth it's much more emotionally complex. Inevitably, work engages powerful psychological dynamics—how you feel about your co-workers, your feelings about being told what to do, your own self-respect and confidence in your abilities. You may be a hard worker, a dedicated employee and whip-smart—but that doesn't mean you can prevent your idiosyncrasies and your emotions from playing a role while you're on the job.



Tips Mencegah Jadi Arogan

Salah satu sisi "gelap" dari kesuksesan adalah arogansi. Sebuah kesuksesan (dalam hal apapun) jangan sampai membuat kita angkuh dan sombong serta tidak lagi mau mendengarkan orang lain. Sebuah perusahaan seperti IBM yang begitu besar dan terkenal pernah mengalami kemerosotan saat arogansi membekap sikap dan pikiran para pemimpin mereka. 


Itulah yang terjadi apabila orang berhenti belajar dan merasa diri sudah sampai "Finish". Tanpa disadari lingkungan kita terus belajar, berinovasi, dan berkembang. Sementara jika kita berhenti di posisi yang sama, maka akibatnya kue kesuksesan yang kita peroleh lama-lama menjadi basi. Kita akan terjebak dalam retorika, kalimat, jurus yang itu-itu saja alias usang. Sikap arogan dapat menutup hati dan pikiran kita untuk kreatif menemukan jurus dan tip-tip baru untuk mempertahankan sekaligus mengembangkan kesuksesannya. Di sinilah, arogansi berujung pada malapetaka dan kehancuran.

A Field Guide to the Workaholic

A workaholic will be on the ski slopes thinking about his desk. How to help a workaholic loosen up.

A Case Study

"The doctor will see you now." "One sec," I said. "I need to get this last sentence down."I had begged for an appointment because a scratch on my chin had become much more than a scratch. The lower half of my face was swollen to twice its normal size. I'd spiked fevers off and on all weekend.


But in spite of the fact that I was borderline septic, I had turned the doctor's waiting room into a temporary office, spreading books, papers and interview notes across three chairs. When the doctor came in, he asked me what I was writing. "An article about workaholics," I said. He raised an eyebrow. The irony of the situation finally struck me. I put my pen down.

"Workaholics are out of balance," says Bryan E. Robinson, a therapist in Asheville, North Carolina, and author of Chained to the Desk: A Guidebook for Workaholics, Their Partners and Children, and the Clinicians Who Treat Them. "They don't have many friends. They don't take care of themselves. They don't have any hobbies outside of the office. A hard worker will be at his desk, thinking about the ski slopes. A workaholic will be on the ski slopes thinking about his desk."

Habis Manis... Sepah Dibuang

By Dadang Kadarusman

Upload by Intan Diana in Facebook
“Habis manis, sepah dibuang,” betapa pandainya para sesepuh kita membuat perumpamaan. Orang-orang yang dinilai sudah tidak berguna lagi disisihkan begitu saja. Kadang kita marah, kalau diperlakukan seperti sepah. Padahal, kita juga akan membuang sepah itu jika sudah tidak ada lagi rasa manisnya. Ini soal siapa pelaku dan siapa korbannya saja. Kita tidak suka jadi korban, itu saja. Bukankah kita juga tidak ingin menyimpan sepah dirumah? Wajar jika sepah itu dibuang. Yang tidak wajar adalah yang belum menjadi sepah sudah dibuang. Juga tidak wajar jika kita sudah menjadi sepah, tetapi menuntut orang lain untuk terus menerus menikmati rasa manis yang sudah tidak kita miliki lagi. 

Ngomong-ngomong, ‘sepah’ itu apa sih? Meski bukan daerah penghasil gula, namun di rumah masa kecil saya terdapat rumpun-rumpun pohon tebu. Kami menggunakan parang untuk memotong batangnya, lalu mengupas kulitnya. Kemudian memotong batang tebu itu menjadi seukuran jari-jari telunjuk. Setelah itu? Kami mengungahnya. Rasa manis memenuhi mulut kami. Lalu tiba saatnya dimana kunyahan itu hanya menyisakan rasa tawar saja. Di mulut kami sekarang hanya tertinggal ampas. Kami meludahkan ampas itu ke tanah. Benda tak berdaya diatas tanah itulah yang kita sebut sebagai sepah. Habis manis, sepah dibuang. Memangnya harus diapakan lagi sepah itu jika tidak dibuang? 



Sabtu, 11 Agustus 2012

Tanda-Tanda Berada di Pekerjaan yang Salah

Bagi kebanyakan orang, berat rasanya membayangkan bekerja lagi di hari Senin setelah bersantai di akhir pekan. Namun bagi sebagian lainnya, setiap hari langkah terasa berat untuk bekerja. Apakah Anda termasuk yang demikian? 

Berada di pekerjaan yang salah tentu menyebabkan rasa stres tersendiri. Tak ada gairah untuk pergi bekerja bahkan untuk berusaha menambah kemampuan diri demi kemajuan karir. Terjebak dalam keadaan tersebut tentu tidak menyenangkan. 

Kenali apakah Anda termasuk salah satu yang mengalaminya. 

Understanding Urinary Tract Infections


women-health-info.com

Researchers at Washington University School of Medicine in St. Louis and Stanford University have captured time-lapse movies of a urinary tract infection (UTI) in progress, illuminating several new details of how the bacteria E. coli invade cells and gang up to overwhelm the cells' defenses.

The images reveal for the first time that E. coli, which are responsible for 80 to 90 percent of all UTIs, pass through at least four distinct developmental stages during the course of an infection. Researchers hope to further define these stages and use them as guides in the search for new drugs.

Deteksi Kebohongan dalam 20 Detik

Menurut studi terbaru dari University of California, Berkeley, hanya dibutuhkan waktu 20 detik untuk menilai apakah lawan bicara atau orang asing di hadapan Anda dapat dipercaya atau gombal belaka.

Peneliti merekrut 24 pasangan dan meminta setiap orang untuk berbicara tentang saat-saat di mana mereka menderita. Sementara itu, kamera merekam reaksi lawan pembicara. Sebuah kelompok terpisah lalu mengamati rekaman video itu, dan mereka mampu mengidentifikasi reaksi palsu si lawan bicara dalam waktu 20 detik saja.

Setelah peneliti mengambil sampel DNA dari peserta riset itu, ternyata 60 persen peserta yang paling tidak dipercaya memiliki reseptor gen, GG genotipe, yang dapat mengontrol rasa peduli dan empati. Reseptor membantu mengatur tingkat oksitosin dalam tubuh, yang dikaitkan dengan perasaan kepercayaan, empati, dan kemurahan hati.

Reseptor ini mengatur level oxytocin di tubuh, yang menurut berbagai studi sebelumnya berhubungan dengan rasa percaya, empati, dan kemurahan hati. Demikian dijelaskan Alexsandr Kogan, Ph.D., peneliti post-doktoral di Universitas Toronto yang menjadi penulis utama dari hasil studi ini.

How to Increase Creativity

Kreatifitas adalah salah satu faktor pendukung keberhasilan di dalam aktifitas kehidupan manusia. Kreatifitas selalu berhubungan dengan ide-ide cemerlang dari hasil pengembangan atau bahkan ide yang belum pernah ada. Seperti Kita ketahui bahwa di dalam otak manusia ada dua 2 sekat yakni otak kanan dan otak kiri. Orang yang kreatif adalah mereka yang sering menggunakan otak kanannya untuk berpikir, karena berhubungan dengan ide maka yang ditajamkan adalah kinerja khayalan untuk selalu berkreasi.

Perlu Kita pahami bahwa berpikir kreatif adalah proses berpikir yang menghasilkan kreativitas. Kreativitas sangat penting untuk mensiasati segala keterbatasan yang dimiliki, memecahkan masalah pada berbagai aspek kehidupan, sekaligus menghasilkan peluang atau karya baru untuk memudahkan kehidupan Kita. Kreativitas merupakan bahan bakar yang menghasilkan energi atau gairah. Kreativitas tidak terbatas pada kreativitas besar (big ‘C’) yang sifatnya maha karya seperti lukisan Da Vinci. Ada pula yang namanya kreativitas kecil (litle ‘c’), yaitu kecerdikan yang di gunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Sejak dilahirkan setiap orang memiliki daya kreativitas yang cukup tinggi dalam DNA-nya. Tidak perlu memiliki IQ tinggi untuk menjadi kreatif. Setiap orang mampu memiliki kreatifitas yang tinggi karena dia menginginkannya dan disiplin untuk terus menciptakan ide-ide baru. Kreatifitas dapat meningkat atau pun menurun. Kreatifitas turun karena tekanan hidup / stres akibat mengalami tantangan kehidupan maupun dilema, bekerja pada pekerjaan yang tidak disukai, karena terpaksa, dan bekerja pada level jauh di bawah potensi mereka yang  sesungguhnya. Aktivitas yang berlebihan dapat pula menimbulkan kejenuhan. Kejenuhan membuat pikiran menjadi stagnan.

Irresistible Communication


Mungkin Anda pernah kenal seseorang yang nampak selalu sukses di kantor ? Oke, Kita sebut saja dia Jaka namanya.  Secara konstan kariernya terus melaju, sekalipun tak pernah secara jelas kwalitas yang dimilikinya. Jika diamati, bahkan tak ada sedikitpun tanda tanda memiliki kecerdasan yang luar biasa, atau gelar akademik dari luar negeri.

Kedengarannya, apapun yang dilakukannya cenderung mendapat "anggukan" dari atasan. Saat meeting, pendapatnya kerap mendapat support dari rekan kerjanya. Bawahannya pun betah bekerja sama. Mereka senang memberikan bantuan kepadanya. Orang semacam itu, sekalipun acapkali tidak berhasil menyelesaikan suatu tugas dengan baik, namun ia selalu tetap dipertimbangkan untuk mengerjakan project selanjutnya. Dia tidak memanfatkan senioritas, tidak pula bermain intrik atau menggunakan keterdekatannya dengan pimpinan. Jadi apa yang sebenarnya terjadi?

Wonders of Coffee and Tea


Coffee And Tea Can Reduce The Risk Of Chronic Liver Disease

A study published today in the American Gastroenterological Association (AGA) journal Gastroenterology found that people at high risk for liver injury may be able to reduce their risk for developing chronic liver disease significantly by drinking more than two cups of coffee or tea daily. This preventative effect was only seen in people at higher risk for liver disease due to heavy alcohol intake, being overweight or having diabetes or iron overload. This is the first study to take a prospective look at the relationship between coffee and tea consumption and chronic liver disease in the general U.S. Population.

"While it is too soon to encourage patients to increase their coffee and tea intake, the findings of our study potentially offer people at high-risk for developing chronic liver disease a practical way to decrease that risk," said Constance E. Ruhl, MD, PhD, who conducted the study with colleague, James E. Everhart, MD, MPH. "In addition, we hope the findings will offer guidance to researchers who are studying liver disease progression."

Rabu, 08 Agustus 2012

Tukang Kayu

Inspirasi


Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan kontruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut kepada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pharmaceutical Sales Salary in USA

How Much Money Do Pharmaceutical Sales Reps Make?


A pharmaceutical sales representative educates and distributes their company's products to physicians, doctors, dentists, nurses, and medical technicians. They also develop and establish relationships with new customers on the health field to sell their legal drugs. Many require a 4 year degree in addition to at least 2 years of experience in the related sales field.

You may have heard that a career as a sales rep for pharmaceutical companies is lucrative and can be financially rewarding. Well you are right! The average pharmaceutical sales rep’s salary can vary greatly due to company, state, experience, education and benefits. The US national median base salary for a pharmaceutical sales rep is $60,248 according to Salary.com. The mean base salary plus bonus is $78,913. The average salary report does not include additional perks such as company car, gas card, car insurance, and cell phone, which can add another $20,000 a year.


Kepiting

Inspirasi

Photo by id.wikipedia.org   
Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting. Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang iri dan dengki. Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah. Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam baskom / wadah, tanpa diikat. Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari. 

Benefits of Apples


Bad Cholesterol Can Be Reduced By An Apple Every Day

An apple a day keeps the doctor away seems to be proving right with every passing day as among older people there has been evidence of apples reducing cholesterol, according to a new study.

The study was conducted at the Florida State University where two groups of older women were taken. One group was given dried prunes every single day for about a year and the other group was made to eat an apple every single day.

The Dark Side Ourselves

“...Beware of you dark side...”
(Yoda Master, Star Wars) 
 
Photo by starwars.com

Terkadang Kita selaku pemerhati dari kejadian-kejadian di sekitar Kita melalui berbagai media untuk dibuat terkaget-kaget atas berita yang menimpa pada seseorang. Seseorang yang mungkin dalam ingatan semua orang yang mengenalnya, dahulu adalah orang yang baik, santun dan segala macam atribut "kebaikan", saat ini menjadi tokoh yang melanggar "norma" / aturan yang berlaku. 


Para pemirsa dan pemerhati kemudian bertanya-tanya, kenapa ini bisa terjadi..? Apakah setiap insan dapat berubah 180 derajat ..? Adakah sistem nilai yang salah..? Dan mungkin, masih banyak pertanyaan lainnya yang tersisa.


Perlu dipahami bahwa setiap orang mempunyai suatu sisi gelap. Itulah yang sering dikatakan orang. Bahkan, seorang humoris dan penulis terkenal Amerika, Mark Twain, sampai-sampai mengatakan, “Everyone is a moon and has a dark side he never shown to anybody” (Setiap orang adalah seperti bulan, mempunyai sisi gelap yang tidak pernah ia tunjukkan kepada orang lain).


Dealing With a Bully Boss

By Hara Estroff Marano
Learn about how to deal with a power-tripping boss.


The steady flow of uncertain news about the economy indicates that American companies are under tremendous pressure to improve profits. No question, that pressure is felt all the way up and down the management line. Hard times sometimes bring out the best in people, but anxious times can also bring out the bullies lurking in corporate ranks. There are several flavors of bad bosses, but bullies are the ones who misuse their power over others. They verbally abuse you, humiliate you in front of others. Everyone has a war story. There's the boss who calls at 2 a.m. from Paris -- just because he's there. The boss who asks for your evaluation of a problem and then proceeds to put you and your opinion down in front of the whole staff as you seethe with rage. It's a demonstration of power. And it's demeaning.

Sabtu, 04 Agustus 2012

The Antidote to Anger and Frustration

The Power of Emotional Validation 


When our loved-one erupts in anger and frustration, the last thing most of us think to do is to pour fuel on the fire by telling them they should feel angry and frustrated. Yet when done correctly, providing someone emotional validation can have extremely surprising results that strengthen relationship bonds. 


Dealing with Another Person's Anger 
We've all been in situations in which a loved one is incredibly upset. It is often hard to know the best way to react in such scenarios. Our instinct is to try and calm them down but that is not easy to do and it might even be risky. As a result we are often extremely uncomfortable and at a loss for what to say. If their anger is directed toward us we might need to consider How To Apologize Effectively but regardless, we need to validate their emotions. 

The idea of fanning the flames by telling the person in question they have every right to feel irate or livid seems counterintuitive. But when we convey exactly that message and do so from a place of empathy and sympathy, something magical happens. Rather than inciting the other person's fury and fueling their fire, our message of emotional validation actually douses the flame !. 


Mengenal Neuro Linguistic Programming (NLP)


Neuro Linguistic Programming awal mulanya digagas oleh seorang anak muda bernama Richard Bandler pada tahun 1970-an karena sifat ingin tahunya. Sifat ingin tahu yang besar yang membawanya ke arah penemuan yang sangat fenomenal pada masa itu. Meskipun terdaftar sebagai mahasiswa jurusan komputer dan matematika, tetapi Ricarhd Bandler sangat tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan “terapi & psikologi.” Ada sebuah pertanyaan besar yang belum terjawab pada saat itu : “Apa sesungguhnya yang paling dicari orang di muka bumi ini?” Melalui pengamatan yang intensif dan komprehensif ditemukanlah jawabannya : “C H A N G E”. 

Penyesalan Seorang Ibu

Inspirasi
Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu.

Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Green Tea And The 'Asian Paradox'

There is a lower incidence of cardiovascular disease and cancer in Asia where people smoke heavily, which may be accounted for by high consumption of tea, particularly green tea, according to a review article published by a Yale School of Medicine researcher.

"We do not yet have a full explanation for the 'Asian paradox,' which refers to the very low incidence of both heart disease and cancer in Asia, even though consumption of cigarettes is greater than in most other countries," said Bauer Sumpio, M.D., professor and Chief of Vascular Surgery in the Department of Surgery. "But we now have some theories." 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...