Halaman Muka

Senin, 26 Januari 2015

Succes By Positive Visualisation

by Yodhia Antariksa


Ketika anda membayangkan sesuatu melalui pikiran, kira-kira apa yang terpancar dalam benak anda : apakah anda membayangkan sebuah pencapaian, apresiasi dan kemenangan atau sebaliknya, kegagalan dan keterpurukan? Sejumlah riset menunjukkan bahwa ternyata visualisasi memberikan pengaruh kuat terhadap kinerja kita. Ketika imajinasi kita selalu dihantam oleh bayangan keterpurukan dan pesimisme, maka jaringan otak kita perlahan-lahan akan mendorong kita untuk benar-benar mengalami keterpurukan.

Sebaliknya, ketika kita selalu membangun bayangan positif tentang diri kita, maka kita sesungguhnya tengah memulai dan memperkuat “cara kerja yang sempurna” di dalam otak kita. Pada gilirannya, jaringan sel dalam otak ini akan mampu mendorong kita untuk juga meraih kesempurnaan dalam kinerja nyata. “The more we practice perfection through mental rehearsals, the stronger the neural pathways will become and the better we will perform when the time comes”, demikian ujar Kris Cole dalam risalahnya yang berjudul Positive Visualization.

Olahragawan dan atlet telah mengkhayal bertahun-tahun untuk menjadi sempurna. Dan pada kenyataanya, satu dari pemain golf dunia, Jack Nicklaus, menempatkan 50 persen kesuksesannya karena ia rajin membangun visualisasi positif.

Langkah Mengambil Keputusan Tepat & Akurat


Setiap hari kita dihadapkan pada keadaan yang menuntut kita untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan asal-asalan sebab keputusan kita saat ini akan mempengaruhi hidup kita di waktu yang akan datang. Memutuskan sesuatu yang penting bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika keputusan tersebut merupakan keputusan yang menentukan gerak bisnis perusahaan. 

Bagaimana postur bungkuk (kyphosis) mempengaruhi kehidupan Anda sehari-hari?

by Tony Setiobudi in Ankylosing Spondylitis, Back pain, Kyphosis, Neck pain, Osteoporosis, Scoliosis and kyphosis, Spine surgery

"...Postur bungkuk dapat menyebabkan nyeri di otot dari leher ke betis dan kesulitan berjalan. Dengan penanganan yang benar postur bungkuk dapat dicegah, dihambat dan ditegakkan..."


AnkylosingSpondylitis
Gambar diambil dari: Little H. et al. Am J. Med 1976;60:279-285

Postur kyphosis juga dikenal sebagai postur bungkuk. Kondisi medis yang dapat menyebabkan postur bungkuk adalah proses degeneratif pada tulang belakang, ankylosing spondylitis, patah tulang, tumor dan infeksi di tulang belakang. Postur bungkuk terjadi secara perlahan-lahan. Postur kita ketika duduk, slouching dan membungkuk adalah postur yang menyebabkan kyphosis. Selain merupakan masalah kosmetik, postur bungkuk menyebabkan nyeri otot dan membatasi aktivitas sehari-hari.

Masalah yang terkait dengan postur bungkuk adalah kepala menonjol ke depan, ketegangan pada otot dada, ekstensor tulang belakang yang lemah, ketegangan pada leher, pinggul dan lutut yang tertekuk saat berdiri. Oleh karena itu orang dengan postur bungkuk mengeluh nyeri di leher, dada, punggung bawah, pantat, paha dan betis. Pasien dengan postur bungkuk yang parah mungkin mengalami kesulitan berjalan dan membutuhkan tongkat atau walking frame.

Senin, 19 Januari 2015

How to Be a Rising Star

By Judith Sills, Ph.D
Getting ahead requires crossing boundaries. Just beware of the electric fence.


There's an invisible sign posted at your office: Boundary! Cross at Your Own Risk.
One man simply ignores the sign. A former counselor, he makes a career leap to a Director's Guild training program and finds himself an internship at an independent film production company. Within weeks, he is the confidant of the executive producer. Within six months, he is mediating her disputes with senior staff and advising the crew on their romances.

Another worker, a woman, crashes against the boundary, protesting publicly when her boss alters her report to his own liking before he sends it on up the line. Seems she preferred her version; seems the invisible line of authority that gives her boss the power to make the change was not enough to hold her fury in check.

Both employees came up against the professional boundary dilemma—with varying success. In every organization, there exists dividing lines of behavior appropriate to different roles. But the keep-out sign isn't always marked; it's often very subtle and remarkably flexible, depending on everything from individual charm to organizational structure. As a result, many workers struggle with office problems that are boundary issues in disguise.

There's enormous value in making the line clearer for yourself so that you can walk it shrewdly. Knowing how and when to gracefully navigate boundaries that face upward in an organization isn't a requirement for success. But it can increase your access to inside information and open professional opportunities.

7 Jenis Motivasi


Motivasi bisa dianggap sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi bisa bertindak sebagai bahan bakar yang memberikan Anda kekuatan untuk mewujudkan impian. Motivasi dapat membuat orang biasa melakukan tugas-tugas yang luar biasa. Individu yang berbeda merasa termotivasi melalui cara yang berbeda pula. Beberapa orang menyukai penghormatan dan memperoleh motivasi dari itu, sementara yang lain memakai uang sebagai faktor yang memotivasi. Motivasi diperlukan dalam profesional juga dalam kehidupan berkeluarga.

Kita mungkin tidak menyadari betapa banyak teknik motivasi yang bisa digunakan untuk memotivasi rekan kerja, karyawan, anak-anak, diri sendiri bahkan pasangan hidup kita, untuk membuat perubahan atau untuk “berjalan” pada arah yang benar. Berbagai jenis motivasi tentunya untuk berbagai jenis orang, yang pada dasarnya terdapat 7 jenis motivasi, seperti termuat dalam Lifemojo.

MENJADI MEDREP HANDAL

Medical representative, atau sering disingkat dengan nama Med-Rep, atau yang sering disebut Detailer. Profesi ini tugasnya “Menjual” atau mempromosikan produk obat dari perusahaan tempatnya bekerja kepada para dokter.

Persaingan di lapangan sangat ketat, terutama di Indonesia ada beratus-ratus perusahaan farmasi yang memproduksi obat dengan kegunaan yang sama. Detailer harus memeras otak agar produk laku “dibeli” atau diresepkan oleh dokter. Memeras otak dan tenaga telah menjadi pekerjaan sehari-hari, terutama bagi Med-Rep yang ingin maju. Kadang harus rela bekerja melebihi jam kerja karyawan lain, bila memang tuntutan pekerjaan mengharuskan . 

You DESERVE The PEOPLE That You HAVE (Bagian 2)

By James Gwee Thian Hoe, MBA


Dalam sesi sebelumnya, kita telah mendiskusikan alasan mengapa beberapa perusahaan nampaknya tidak dapat merekrut (menarik) karyawan berkualitas.

Saya berharap Anda telah memiliki kesempatan untuk melihat perusahaan Anda dengan baik dan jujur untuk mengenali masalah yang sebenarnya. Langkah pertama untuk memecahkan masalah adalah mengenali masalah dengan benar ! Sekali kita dapat menemukan masalah dengan tepat, kita dapat mulai untuk mengambil tindakan perbaikan. Kita sedang mendekati bulan puasa - kesempatan terbaik bagi setiap orang untuk membebaskan diri dari kesibukan dan mengintropeksi diri.

Pada sesi ini, kita akan mendiskusikan mengapa beberapa perusahaan mampu menarik staf berkualitas, tetapi nampaknya tidak mampu untuk mempertahankan mereka !

Ingat, tujuan dari kedua sesi ini adalah untuk memberikan sebuah daftar beberapa kemungkinan penyebab masalah susunan kepegawaian yang umum terjadi sehingga jika Anda menghadapi masalah yang serupa, Anda dapat menggunakannya sebagai sebuah daftar introspeksi, dan untuk melakukan perbaikan yang diperlukan.

Senin, 12 Januari 2015

Mengapa orang Indonesia berobat ke luar negeri ?

by Dr Tony Setiobudi BMedSci, MBBS, MRCS, MMed (Ortho), FRCS (Ortho)

Photo by dr Indrawan E,SpOG
"...60% dari pasien di Mount Elizabeth Hospital, Singapore berbicara Bahasa Indonesia. Ini adalah kejanggalan yang luar biasa. Something not right with the healthcare system in Indonesia..."

Banyak orang dari penjuru dunia pergi ke luar negeri untuk mencari pengobatan medis. Ini termasuk orang-orang dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, Timur Tengah, Indonesia, Myanmar, Laos dan Kamboja. Aktifitas ini disebut MEDICAL TOURISM. Jika Anda datang ke Mount Elizabeth Hospital, Singapore, dan Anda mendengar 60% dari pasien berbicara Bahasa Indonesia. Ini adalah kejanggalan yang luar biasa. The chance is that there is something wrong with the health care system in Indonesia.

SUKSES MEDICAL REPRESENTATIVE = SUKSES SUPERVISOR


Kali ini saya akan membahas bagaimana hubungan dan cara kerja antara seorang Area Manager atau Supervisor dengan bawahanya, Medical Representative.

Bagi mantan Medical Representative pasti akan mengatakan kalau profesi ini adalah ujung tombak pemasaran yang bertemu dengan para dokter penulis maupun calon penulis resep produk kita. Biasanya para mantan medreps akan berbangga kalau dirinya sebagai orang penting diperusahaan. Apalagi bagi yang telah meningkat karirnya menjadi supervisor ataupun bahkan manajer lapangan. Seringkali ada anggapan kalau perusahaan “menggantungkan sebagian nasib penjualan” kepada ujung tombak tersebut. Ada benarnya juga, karena sebagian penjualan yang terjadi adalah karena keterampilan para medical reps nya. Sebagian lagi karena faktor yang lain. Misal dengan bantuan aktifitas pemasaran seperti iklan di jurnal, round table discussion, siang / malam klinik, seminar maupun simposium, sponsorship pengembangan ilmu kedokteran untuk menghadirkan KOL ke kegiatan ilmiah di luar negeri dan lain sebagainya. Walau begitu kegiatan Med-Reps sepertinya tak dapat digantikan oleh yang lain.

You DESERVE The PEOPLE That You HAVE (Bagian 1)



Bulan lalu setelah seminar di Semarang, seorang wanita mendekati saya diakhir seminar dan menceritakan masalahnya. Dia berkata "James, saya sangat kecewa karena tidak memiliki staf yang berkualitas. Staf yang berkualitas sulit didapatkan dan ketika sudah mendapatkannya, mereka hanya bekerja beberapa bulan dan kemudian pindah. Saya letih dengan keadaan seperti ini, seakan tiada akhir. Mengapa bisa terjadi seperti ini ?"

Pada saat itu, saya benar - benar merasa simpati dengan wanita itu karena beberapa tahun lalu ketika menjadi seorang direktur muda di Singapore, saya menghadapi masalah yang sama. Saya mengeluhkan masalah itu kepada ayah saya. Ayah saya adalah seorang businessman dan seorang direktur perusahaan. Jadi saya yakin dia dapat memberikan beberapa nasehat bagus tentang bagaimana menarik dan mempertahankan orang yang berkualitas. Pada saat itu, dia sudah pensiun. Ketika saya menceritakan masalah itu, ia bahkan tidak menoleh dari koran yang dia baca. Selama membaca, tanpa perlu berhenti untuk berpikir, tanpa menunjukan rasa ketertarikan ataupun perhatian, dia berkata "Kamu pantas mendapatkan orang yang kamu punya". Pada hari itu, ayah saya memberikan satu pelajaran terpenting dalam hidupku.

Three keys to identifying your best career



"Have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.”
– Steve Jobs

Do you love what you do? Most Americans don't. According to CareerFinders.com, four out of five Americans do not have their ideal jobs. It's not always easy to do what you love for a career, but it's definitely possible. Some of us are told from a young age to follow the expectations of family and society rather than to investigate one's own horizons. This can lead to professional success, at the expense of meaning and fulfillment. My private coaching clients, including many who make six digits a year in prestigious positions, often disclose to me privately an "emptiness" inside. "I make over $200,000 a year, so why am I so unhappy?" one confided.

How do you find your best career? Consider the following quote by Joseph Campbell:
"When you follow your bliss... doors will open where you would not have thought there would be doors, and where there wouldn't be a door for anyone else."

Senin, 05 Januari 2015

Teknik Memasarkan Diri Secara Efektif

by Theresia Maharini, EXPERD Consultant

Aturan tak tertulis yang berbunyi bekerja sebaik-baiknya, tidak usah banyak omong, pasti boss tahu kerja keras kita dan penghargaan setimpal akan didapat, tampaknya sudah nyaris usang. Sekarang ini justru fenomena yang tampak adalah bahwa mereka yang pandai berkomunikasi, banyak kontak ke segala penjuru di organisasi, serta pandai memikat hati banyak pihak bisa lebih cepat melejit dibandingkan mereka yang tipe kutu buku namun cenderung kuper. Walau contoh yang terakhir belum cukup komplit tanpa ketrampilan teknis yang memang bisa diandalkan, namun mereka yang diam seribu bahasa sudah pasti tenggelam dalam persaingan karir. Sebetulnya bagaimana sih seluk-beluknya memasarkan diri di tempat kerja ?

The Increasing of Level of Consciousness

By H.R. Sofuan M

Photo: journal-pano_23670 by macrj Flickr
Memahami Spirit untuk Menaikkan Kesadaran

Buku-buku  seperti Alchemist dan Power of Now, menjadi bacaan yang sangat digemari belakangan ini. Kedua buku tersebut pada mulanya kurang diminati. Saat diluncurkan keduanya hanya terjual beberapa ratus eksemplar saja. Bahkan buku Power of Now karangan Ekhardt Tolle, menurut pengarangnya sendiri, saat pertama diluncurkan, tahun 1998, menyapa pembacanya melalui mulut ke mulut dan Ekhardt mengantar sendiri beberapa eksemplar bukunya ke toko-toko kecil di Vancouver, Kanada. Dan ketika Oprah Winfrey terpengaruh oleh buku tersebut, pertumbuhan penjualannya pun meledak.

Demikian juga buku Alchemistnya Paulo Coelho. Saat pertama diluncurkan, sangat sepi peminat. Tapi sejak tahun 2003, buku tersebut laris manis bak pisang goreng.

Selain kedua buku tersebut, buku-buku lainnya seperti Journey of the Soul, Conversation with God, dan sebagainya, yang berhubungan dengan masalah spiritualitas dan tingkat kesadaran, juga menjadi buku-buku populer yang sangat diminati.

Kedokteran : Profesi yang Mulia atau Industri Bidang Penyakit dan Penderitaan Pasien?

by Dr Tony Setiobudi BMedSci, MBBS, MRCS, MMed (Ortho), FRCS (Ortho)

Kedokteran muncul dari simpati primal manusia dengan manusia; dari keinginan untuk membantu mereka berkesedihan, berkebutuhan dan berpenyakit.

Banyak dokter memiliki hati yang baik. Ini tidak berarti bahwa semua dokter berhati baik. Beberapa dokter sudah tidak baik sejak awal. Beberapa dokter mulai dengan hati yang baik, tetapi berubah menjadi lebih buruk di perjalanan. Seperti di semua bidang, ada beberapa apel busuk (bad apples) di kedokteran juga. Ada yang tamak. Ada yang hatinya beku dan kehilangan sentuhan kemanusiaan.

William Osler, bapak kedokteran modern mengatakan dengan indah “Kedokteran muncul dari simpati primal manusia dengan manusia; dari keinginan untuk membantu mereka berkesedihan, berkebutuhan dan berpenyakit.”


Ketika kita melihat orang sakit dan menderitaan, adalah naluri manusia untuk menolong mereka. Jika kita melihat seorang anak jatuh di depan kita, kita akan dengan spontan ingin membantu dan menghibur anak itu. Kita tidak mengirim tagihan ke si orang tua untuk membayar layanan kita. Bahkan, jika si orang tua menawarkan bayaran, kita akan menolak. Beberapa dari kita malah tersinggung karena cinta-kasih kita tidak dapat diukur dengan uang.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...